MUNGKIN tidak banyak orang yang tahu, jika di Jalan Teuku Umar Nomor 40, Jakarta Pusat, ada Museum A.H Nasution. Namanya memang kurang bergaung dibandingkan Museum Fatahilah ataupun Museum Gajah misalnya. Meski begitu, mengunjungi museum ini Anda bisa mengatehui sejarah mengenai Jendral A.H Nasution.
Kebesaran nama Jendral A.H Nasution tidak lepas dari usaha penculikan oleh pasukan Tjakrabirawa yang terkontaminasi ideologi PKI. Dari peristiwa itulah masyarakat banyak yang mengenal sosok beliau.
Museum ini merupakan tempat kediaman resmi keluarga A.H Nasution yang disulap menjadi tempat penayangan sejarah. Secara keseluruhan, museum ini terdiri dari rumah utama dan paviliun di atas tanah seluas kurang lebih 2000 meter persegi.
Sejak awal berdiri, tak ada yang berubah dari rumah tersebut, kecuali pengecetan ulang dinding maupun jendela dan pintu rumahnya. Bagian sentral dari museum ini ialah rumah utama.
Pertama kali masuk di ruang tamu utama, Anda akan melihat patung tembaga setengah badan Jenderal Besar AH Nasution. Ruangan berukuran sekitar 6×4 meter ini dilengkapi dua set kursi. Anda juga bisa melihat beberapa plakat kenang-kenangan dari luar negeri yang dipajang di lemari kaca.
Memasuki bagian dalam rumah, Anda akan menemukan ruang kerja AH Nasution. Di ruang itu terdapat enam susun rak yang menampung buku-buku koleksi beliau. Terdapat pula diorama Pak Nas, panggilan akrabnya, sedang bekerja di meja yang bergaya antik. Masih di ruangan itu, Anda akan menemukan telepon dan mesin ketik kuno.
Beranjak ke samping kanan, terdapat ruang tamu VIP dengan satu set kursi sofa. Gaya simpel menjadi pilihan ruang tamu yang disebut sebagai ruang kuning ini. Aksesori berbentuk harimau dipajang mempermanis ruangan. Di ruangan ini juga terdapat foto A.H Nasution yang dipajang di dinding.
Memisahkan ruang kuning dan ruang kerja, terdapat lorong panjang hingga ke ruang makan. Tiga patung anggota pasukan cakrabirwa beradegan mendobrak kamar tidur Pak Nas ada di lorong tersebut. Patung itu menggambarkan adegan usaha penculikan. Lima lubang bekas peluru di daun pintu masih dibiarkan seperti aslinya untuk menunjukkan sejarah pemberontakan PKI.
Di dalam ruangan itu juga terdapat istri Pak Nas yang sedang memangku Ade Irma Suryani yang berlumuran darah. Di kamar tersebut juga ikut dipajang barang-barang pribadi Pak Nas, seperti kaus oblong, kursi goyang, dan kursi roda yang digunakannya saat sakit.
Dari ruangan itu, anda akan menemukan pintu yang menghubungkan kamar Pak Nas dan kamar Ade Irma. Kamar Ade Irma menampung potretnya, baik bentuk lukisan maupun potret hitam putih sebagai kenang-kenangan. Ada juga sebuah lemari yang menampung benda pribadinya.
Berkunjung ke museum ini, Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum. Bila menggunakan kendaraan pribadi langsung saja ke lokasi, sementara bila menggunakan angkutan umum, bisa naik Trans Jakarta koridor III. Sesampainya di halte Jalan Teuku Umar, Anda dapat berjalan kaki menuju lokasi museum.
Meskipun bernilai sejarah tinggi, museum ini bisa diakses secara gratis. Anda bisa berkunjung ke sini antara Senin-Jumat mulai pukul 08.00-14.00 WIB. Sedangkan bagi pengunjung yang berencana datang pada Sabtu dan Minggu, bisa menghubungi informasi museum terlebih dahulu.
No Response to "Museum A.H Nasution."
Posting Komentar