Belut dan Sidat Permintaannya Semakin Meningkat


Jakarta setidaknya membutuhkan 20 ton per hari, sementara untuk memenuhi 150 industri pengolah belut skala rumah tangga, Yogyakarta membutuhkan sebanyak 30 ton per hari.

Tak asing lagi bagi kita untuk mengenali binatang yang satu ini, bentuknya panjang, licin dan tidak memiliki sisik seperti kebanyakan ikan-ikan lainnya. Hidup binatang ini pun berbeda dengan ikan yang kebanyakan hidup berenang di dalam air, binatang ini hidup di dalam lumpur dan banyak keluar di malam hari. Rasanya yang gurih dan penuh gizi membuat belut dan sidat tak hanya diminati masyarakat di dalam negeri, tapi juga luar negeri. Selain sebagai sumber protein yang dianggap sebagai peningkat stamina, belut dan sidat juga diyakini dapat meningkatkan kesehatan dan kekenyalan kulit; menormalkan tekanan darah; mencegah penyakit mata; menguatkan daya ingat serta membantu mencegah hepatitis. Di luar negeri, sentra belut dan sidat terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong, Perancis dan Malaysia, sedangkan sentra belut di Indonesia berada di daerah Yogyakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat.

Ekspor belut Indonesia

Dalam perdagangan inter-nasional, belut dan sidat tidak dibedakan terutama dalam penggu-naan kode HS (Harmonized System). Berdasarkan kode HS belut dan sidat terbagi menjadi 3 yaitu 0301920000 untuk belut hidup; kode 0302660000 untuk belut segar; dan 0303760000 untuk belut beku. Sementara itu, untuk ekspor belut Indonesia ditujukan ke beberapa negara seperti China, Hongkong, Jepang, Singapura, Taiwan, Korea, Thailand . Pada tahun 2008, volu-me ekspornya sekitar 2.676 ton, meningkat dibandingkan dengan tahun 2007 yang hanya 2.189 ton. Sementara itu, sampai akhir tahun 2009 ekspornya sekitar 4.744 ton meningkat sekitar 77,2 % dibanding-kan tahun 2008. China menjadi produsen utama belut dan sidat yang memasok 70% permintaan dunia. Produsen sidat lainnya selain Indonesia adalah Amerika, Kanada dan Thailand. Volume ekspor belut dan sidat Indonesia pada tahun 2007-2009 sebagai berikut:


Pasar dalam negeri seperti Jakarta membutuhkan 20 ton per hari sedangkan Yogyakarta membutuhkan sebanyak 30 ton per hari untuk memenuhi 150 industri rumah tangga. Sementara itu, Kota Pekalongan membutuhkan sekitar 100 kilogram belut sehari dan wilayah Pati membutuhkan 50 kg belut sehari. Di Sumatera Barat, belut dipasarkan dalam keadaan hidup/ segar dan dalam bentuk kering, yang diperoleh dari penangkapan di perairan umum. Sentra penangkapan belut di Sumatera Barat meliputi Kota Padang, Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam dan Kabupaten Pasaman. Untuk sentra pengolahan belut dalam keadaan kering terdapat Kabupaten Tanah Datar dengan kebutuhan bahan baku sekitar 150 kilogram per bulan; Kabupaten Agam kebutuhan 105 kg/ bulan; Kabupaten Lima Puluh Kota kebutuhan bahan baku 105 kg/ bulan; Kabupaten Pasaman sekitar 75 kg / bulan; Kota Padang sekitar 75 kg /bulan; Kabupaten Solok sekitar 75 kg/ bulan. Sementara itu, sentra pemasaran belut kering di Propinsi Sumatera Barat terdapat di Kabupaten Bukit Tinggi yang di pasok dari sentra sentra pengolahan.

Kandungan Gizi Belut

Belut memiliki kandungan gizi yang cukup baik bagi kesehatan manusia yaitu sebagai sumber energi dan sumber protein. Nilai energi belut 303 kkal/ 100 gr, lebih tinggi dibandingkan dengan nilai energi telur dan daging sapi yang hanya mencapai 162 kkal/100 gr dan 207 kkal/100gr. Sementara itu, kandungan protein belut sekitar 18,4 g/100 gr, lebih tinggi dibandingkan dengan telur yang hanya 12,8 gr/100 gr. Protein pada belut juga kaya akan beberapa asam amino yang memiliki kualitas baik seperti Leusin dan isoleusin merupakan asam amino esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga kesetimbangan nitrogen pada orang dewasa, selain itu juga berguna untuk perombakan dan pembentukan protein otot. ( sumber: Prof. DR. Made Astawan dan www.kompas.com)

Pengolahan Keripik Belut

Belut dapat diolah dalam berbagai bentuk makanan yang banyak diminati oleh masyarakat seperti, sate belut, keripik belut, sambel belut dan lainnya. Salah satu pengolah belut yang cukup sukses di Kota Sleman adalah Ibu Warty yang telah menekuni pengolahan keripik belut sejak tahun 2001. Dalam 1 minggu, usaha pengolahan keripik belut ini mampu menghabiskan bahan baku sekitar 800-1000 kg. Bahan baku belut segar dipasok dari wilayah Lumajang, Bojonegoro dan Malang. Harga pembelian belut dari pemasok sekitar Rp. 17.000,-/ kg. Dalam proses pengiriman biasanya terjadi penyusutan volume berat sekitar 50 kg. Menurutnya, proses pengolahan keripik belut dimulai dari pembersihan belut dengan cara membuang kotorannya, kemudian dilakukan pencucian serta perendaman belut sekitar 30 menit. Setelah perendaman belut ditiriskan dan dicampur dengan adonan yang telah dibumbui dengan bawang putih, ketumbar, daun jeruk, garam, telur dan kemiri. Setelah pencampuran adonan, belut digoreng sekitar 30 menit dan kemudian dilakukan pengepakan.

Kemasan keripik belut terbagi menjadi 3 yaitu ukuran ¼ kg dengan harga Rp. 14.000,-; ukuran ½ kg dengan harga Rp. 25.000,-; dan kemasan 1 kg dengan harga Rp. 50.000,-. Melalui merek dagang Citra rasa, keripik belut telah dipasarkan ke beberapa wilayah sekitar pasar Godean Yogyakarta, Lampung, Bali, Magelang dan Jakarta. Untuk meningkatkan penjualan keripik belut, Ibu Warty melakukan promosi usahanya dengan mengikuti pameran yang diadakan oleh pemerintah maupun swasta salah satunya adalah Pekan Raya Jakarta. Rumah makan dengan menu belut selain dijadikan keripik, belut juga dijadikan sebagai menu utama di sebuah rumah makan di Kabupaten Bantul yaitu sambel belut. Rumah makan sambel belut Pak Sabar, dalam satu hari dapat menghabiskan sekitar 15-20 kg belut segar yang dipasok dari Klaten dan Kulon Progo. Pelanggan rumah makan ini kebanyakan datang dari luar Kampung yaitu Kota Yogyakarta,Sleman, Magelang, Tasikmalaya, bahkan Jakarta. Di warung “Pak Sabar”, sambal belutnya tampil beda, belut berukuran besar goreng, diambil dagingnya kemudian dilumat dengan sambal kencur yang membuat rasanya menjadi lebih gurih. Sisa-sisa bagian tulang/durinya digoreng dengan tepung sampai kering yang disebut rempeyek belut. Kota Yogyakarta memang selalu menampilkan kejutan-kejutan menyenangkan bagi penggemar wisata kuliner.

sumber 

No Response to "Belut dan Sidat Permintaannya Semakin Meningkat"

Posting Komentar

Operasional PPS Cilacap

My Photo

My Video's

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes