Pemerintah berminat membangun Blitar, daerah penghasil koi terbesar di Tanah Air, sebagai minapolitan. Salah satunya melalui Blitar Koi Show sebagai ajang untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, serta pemasaran produksi koi di Blitar.
PERKEMBANGAN budidaya ikan koi atau ikan hoki di Indonesia sebagai salah satu komoditas ikan hias cukup pesat belakangan ini. Terutama di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Hal ini lantaran budidaya koi di Jepang, negara pembudidaya koi terbesar di dunia, mulai terkendala lahan. Sehingga, peluang budidaya di Indonesia masih cukup besar untuk meraih potensi pasar yang terus meningkat.
Dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang dipaparkan Menteri Fadel Muhammad di Blitar (18/4), Indonesia baru menguasai 7,5% perdagangan ikan hias dunia Jadi, masih kalah jauh dari Singapura yang memegang 22,5% perdagangan ikan hias dunia.
"Ekspor ikan hias Indonesia mencapai US$ 10 juta tahun lalu. Sementara, tahun ini diperkirakan mencapai US$ 12 juta," kata Fadel. Dari jumlah tersebut, lanjut Fadel, transaksi koi di Blitar menyumbang sekitar Rp 200 miliar per tahun. Jumlah ini sama dengan 25% dari dana APBD Kabupaten Blitar.
Besarnya transaksi koi di Blitar membuat Fadel ingin menjadikan salah satu sentra koi di Blitar, yaitu di Desa Kemloko, sebagai kawasan minapolitan dan ekowisata. Dengan begitu, pengunjung yang datang bisa bertransaksi sekaligus menikmati wisata koi.
Fadel menganggarkan dana Rp 10 miliar untuk proyek minapolitan Desa Kemloko ini. Dengan proyek tersebut, DKP akan serius mengembangkan potensi ikan hias nasional. Untuk meningkatkan kualitas koi lokal, di kawasan ini sudah tersedia fasilitas Riser Ikan Hias (pusat pemasaran dan pengembangan ikan hias). Di Riser Ikan Hias, hasil budidaya peternak melalui proses karantina sehingga terhindar dari kemungkinan penyakit atau virus.
Pemerintah juga berjanji mendatangkan indukan berkualitas dari Jepang, dan memfasilitasi pengusaha ikan hias berpromosi di pasar luar dan dalam negeri. Untuk memasarkan serta meningkatkan mutu koi lokal. Blitar Koi Club bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Blitar menggelar lomba AU Biliar Koi Show. Ajang tahunan berskala nasional ini sudah mema-suki tahun ke-II.
Sekitar 523 ekor koi dari 14 jenis yang ada berlomba dalam ajang yang berlangsung dari 16 April sampai 18 April 2010 ini. Pesertanya berasal dari Blitar Koi Club, juga para peserta dari wilayah Jawa Timur lainnya. Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jakarta.
"Diharapkan pembudidaya lokal tertantang meningkatkan kualitas koi mereka dengan hadirnya peserta daii luar Blitar yang mengusung koi skala ekspor," kata Sugiharto Budiono, Ketua Asosiasi Pecinta Keji Indonesia yang juga salah satu dewan juri.
Ia juga berharap ajang ini dapat meningkatkan jumlah pembudidaya dan pecinta koi di Tanah Air. Sehingga, membuka akses serta jaringan pemasaran koi lokal di Blitar. Salah satu peserta sekaligus Ketua Blitar Koi Club, Holid Firdaus, menyatakan mendapat banyak keuntungan dari lomba ini. Pasalnya, tak sembarangan peserta bisa mengikuti lomba ini. Bagi penghobi koi, keberhasilan menjadi peserta sama artinya dengan pengakuan publik atas kepintaraan memelihara koi. "Acara ini sekaligus menunjukkan eksistensi Klub Koi Blitar," ungkap Holid.
PERKEMBANGAN budidaya ikan koi atau ikan hoki di Indonesia sebagai salah satu komoditas ikan hias cukup pesat belakangan ini. Terutama di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Hal ini lantaran budidaya koi di Jepang, negara pembudidaya koi terbesar di dunia, mulai terkendala lahan. Sehingga, peluang budidaya di Indonesia masih cukup besar untuk meraih potensi pasar yang terus meningkat.
Dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang dipaparkan Menteri Fadel Muhammad di Blitar (18/4), Indonesia baru menguasai 7,5% perdagangan ikan hias dunia Jadi, masih kalah jauh dari Singapura yang memegang 22,5% perdagangan ikan hias dunia.
"Ekspor ikan hias Indonesia mencapai US$ 10 juta tahun lalu. Sementara, tahun ini diperkirakan mencapai US$ 12 juta," kata Fadel. Dari jumlah tersebut, lanjut Fadel, transaksi koi di Blitar menyumbang sekitar Rp 200 miliar per tahun. Jumlah ini sama dengan 25% dari dana APBD Kabupaten Blitar.
Besarnya transaksi koi di Blitar membuat Fadel ingin menjadikan salah satu sentra koi di Blitar, yaitu di Desa Kemloko, sebagai kawasan minapolitan dan ekowisata. Dengan begitu, pengunjung yang datang bisa bertransaksi sekaligus menikmati wisata koi.
Fadel menganggarkan dana Rp 10 miliar untuk proyek minapolitan Desa Kemloko ini. Dengan proyek tersebut, DKP akan serius mengembangkan potensi ikan hias nasional. Untuk meningkatkan kualitas koi lokal, di kawasan ini sudah tersedia fasilitas Riser Ikan Hias (pusat pemasaran dan pengembangan ikan hias). Di Riser Ikan Hias, hasil budidaya peternak melalui proses karantina sehingga terhindar dari kemungkinan penyakit atau virus.
Pemerintah juga berjanji mendatangkan indukan berkualitas dari Jepang, dan memfasilitasi pengusaha ikan hias berpromosi di pasar luar dan dalam negeri. Untuk memasarkan serta meningkatkan mutu koi lokal. Blitar Koi Club bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Blitar menggelar lomba AU Biliar Koi Show. Ajang tahunan berskala nasional ini sudah mema-suki tahun ke-II.
Sekitar 523 ekor koi dari 14 jenis yang ada berlomba dalam ajang yang berlangsung dari 16 April sampai 18 April 2010 ini. Pesertanya berasal dari Blitar Koi Club, juga para peserta dari wilayah Jawa Timur lainnya. Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jakarta.
"Diharapkan pembudidaya lokal tertantang meningkatkan kualitas koi mereka dengan hadirnya peserta daii luar Blitar yang mengusung koi skala ekspor," kata Sugiharto Budiono, Ketua Asosiasi Pecinta Keji Indonesia yang juga salah satu dewan juri.
Ia juga berharap ajang ini dapat meningkatkan jumlah pembudidaya dan pecinta koi di Tanah Air. Sehingga, membuka akses serta jaringan pemasaran koi lokal di Blitar. Salah satu peserta sekaligus Ketua Blitar Koi Club, Holid Firdaus, menyatakan mendapat banyak keuntungan dari lomba ini. Pasalnya, tak sembarangan peserta bisa mengikuti lomba ini. Bagi penghobi koi, keberhasilan menjadi peserta sama artinya dengan pengakuan publik atas kepintaraan memelihara koi. "Acara ini sekaligus menunjukkan eksistensi Klub Koi Blitar," ungkap Holid.
Sumber : Harian Kontan 21 April 2010,Hal.16
No Response to "Memacu Produksi Ikan Koi lewat Perlombaan"
Posting Komentar