Di Indonesia, siapapun pasti mengenal ikan asin. Jenis ikan yang dikeringkan ini digemari sebagian masyarakat sebagai pelengkap dalam menu makanan sehari-hari. Bagi nelayan, mengolah ikan dengan cara pengasinan adalah cara pengawetan tradisional yang paling popuer karena selain mudah pengerjaannya juga pasarnya terbuka. Banyaknya permintaan pasar membuat peluang bisnis ikan asin seolah tidak pernah mati.
Seperti yang dilakukan Wagirah Pariman, wanita paruh baya yang tinggal di Jalan Bakung Kabupaten Cilacap ini sudah mengolah ikan asin sejak tahun 1972 melanjutkan usaha orang tuanya. Mulai tahun 1984, berkat bantuan UNICEF senilai Rp750.000,- Wagirah dan kelompoknya meningkatkan kapasitas produknya yang semula hanya kualitas lokal menjadi kualitas super dan merambah pasar luar kota. Usaha ikan asin yang ditekuni Wagirah tetap bertahan hingga sekarang dengan merek “Mino Arto”.
Cilacap dikenal sebagai salah satu sentra produksi perikanan. Ketersediaan bahan baku dari Cilacap cukup besar. Seperti dikutip dari laporan Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Cilacap Tahun 2009, ketersediaan bahan baku dari perikanan tangkap di laut sebesar 5.922.806 kg/tahun, perairan umum (sungai, rawa, genangan) sebesar 436.040 kg/tahun, perikanan kolam sebesar 2.196.240 kg/tahun, serta perikanan budidaya tambak sebesar 593.550 kg/tahun. Menurut catatan, sebanyak 4.904.425 kg diolah lebih lanjut menjadi ikan asin, terasi, ikan asap dan tepung ikan. Adapun jenis ikan yang banyak diolah menjadi ikan asin adalah cucut, pari, manyung, layur, cumi-cumi, tigawaja, tembang, teri, udang, ikan lidah beloso dan ikan pelagis kecil lainnya.
Mino Arto
Nama membawa berkah, itulah yang setidaknya dialami oleh Wagirah Pariman. Nama Mino Arto yang dalam bahasa Indonesia berarti ikan yang mendatangkan uang, benar-benar membawa berkah bagi dirinya dan Ibu Romlah Wagiman. “Mino Arto diberikan langsung oleh Istri dari Bupati Poedjono Pranoto tahun 1984,” kenang Ibu Wagirah. Dari sepuluh orang penerima bantuan UNICEF, hanya tinggal Ibu Wagirah dan Ibu Romlah yang masih bertahan menjalankan usaha ikan asin hingga sekarang. Dua wanita tersebut berbagi peran yakni urusan pemasaran dipegang oleh Ibu Romlah, sedangkan urusan pengolahan diserahkan kepada Ibu Wagirah.
Sejak tahun 1984, Ibu Wagirah mulai mengolah jenis ikan asin super seperti jambal roti, pari, ikan lendra (lidah), tiga waja dan bilis. Jenis ikan asin super memiliki ciri-ciri bentuk fisik mulus, warna putih dan ukuran seragam. Pada mulanya, Ibu Wagirah hanya mampu memproduksi 10-20 kg ikan asin karena pemasarannya masih terbatas dan produknya belum begitu dikenal. Kini, dalam sehari ia mampu mengolah 2 kuintal ikan jambal kering, 2 kuintal lagi jenis lainnya. Pasokan bahan baku ikan ia peroleh dari bakul-bakul ikan di TPI Cilacap. Saat musim paceklik, kadang ia harus mencari bahan baku dari luar karena pasokan lokal tidak mencukupi salah satunya dari Juwana. “Kualitas bahan baku lokal sebenarnya lebih baik daripada dari luar,” tuturnya bersemangat.
Pemasaran yang awalnya hanya di meja rumah, sejak tahun 1990 Wagirah dan Romlah punya toko sendiri di depan rumahnya. Wagirah mengaku banyak dibantu oleh Dinas-dinas di Kabupaten Cilacap, Kodim, dan Bank di Cilacap terutama dalam hal promosi. Menurutnya, tiap ada tamu instansi tersebut selalu memborong ikan asin produksinya. Ikan asin Mino Arto juga kerap diikutkan dalam pameran sebagai produk olahan ikan khas Cilacap. Setiap bulan, Ia juga rutin memasok ikan pari asin dan jambal roti sebanyak 2 kuintal ke Cirebon.
Ikan asin jambal dijual seharga Rp50.000/kg, pari asin Rp70.000/kg, sedangkan bilis, tiga waja dan lendra ia banderol dengan harga yang sama yaitu Rp35.000/kg. Menurut Ibu Wagirah, saat ini bahan baku sulit diperoleh sehingga produksi ikan asinnya turun. Selain itu, harga bahan baku juga cenderung naik. Jika pada kondisi normal harga ikan jambal Rp8.000/kg naik menjadi Rp11.000/kg, pari Rp5.000/kg menjadi Rp7.000/kg, tiga waja dan bilis dari Rp2.000/kg menjadi Rp3.500/kg dan ikan lendra (lidah) Rp6.000/kg. “Itupun barangnya susah dicari,” ujarnya. Meskipun harga bahan baku naik, namun ia tidak memberlakukan kenaikan harga pada harga ikan asin produksinya.
Toko Mino Arto tidak hanya menjual ikan asin, tetapi juga menyediakan olahan produk perikanan lainnya seperti kerupuk ikan, getas, keripik belut, teri nasi dan abon ikan. Bagi pembeli yang hendak membawa produk dari Mino Arto dalam jumlah banyak, toko ini siap membungkus dalam kemasan kardus yang rapih dan cantik. Untuk jasa ini, pembeli dikenakan tambahan biaya Rp5.000-7.000/kardus tergantung ukurannya. Jadi, bagi anda yang hendak mengunjungi Cilacap, jangan lupa mampir ke toko Mino Arto. Dijamin ikan asinnya bikin anda ketagihan.
MINO ARTO
Jl. Bakung No. 19 Cilacap, Telp. 0282-52098
sumber
No Response to "Mino Arto, Ikon Ikan Asin Cilacap"
Posting Komentar