Ketika Sustainability Menjadi Kunci


Menurut WWF, ukuran rata-rata tangkapan tuna sirip biru saat ini hanya sekitar separuh dari rata-rata tangkapan tahun 1990-an. Apabila tidak dikendalikan, diprediksi tahun 2012 stock benih di alam akan punah.

Permintaan ikan dunia terus meningkat sejalan dengan kesadaran menjadikan GEMARIKAN sebagai tren global, dan makan ikan adalah sebuah investasi kesehatan. Berbagai pemerintahan telah menganjurkan untuk menaikkan tingkat konsumsi ikan per kapita demi meraih perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat sekaligus mencegah membengkaknya biaya kesehatan. Sementara di sisi lain, sejumlah pakar memperingatkan bahwa sumberdaya ikan di laut dan perairan umum dapat habis pada tahun 2048 apabila tingkat penangkapan tidak dikendalikan. Pasokan ikan tangkap masih dominan dan menunjukkan grafik yang telah sampai pada tahap jenuh dan bahkan mulai menurun (levelling off), meskipun kontribusi perkembangan budidaya juga tidak dapat dipandang kecil (grafik 1).

Melihat gambaran di atas, banyak pihak telah menunjukkan kepedulian dengan membatasi penjualan dan sekaligus mengurangi atau bahkan menolak sama sekali konsumsi ikan yang ditangkap dengan praktik yang tidak memperdulikan lingkungan dan kelangsungan pasokan. Peningkatan produk budidayapun mengundang pertanyaan karena membutuhkan pasokan tepung ikan sebagai sumber protein pada pakan yang selanjutnya dapat memperburuk penangkapan apabila pemenuhan kebutuhannya tidak dikendalikan. Namun demikian isu tersebut perlu dilihat dengan arif, karena meskipun isu tersebut layak menjadi peringatan dini tetapi banyak pula dilontarkan oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan penjualan daging merah dan daging unggasnya berkurang dan diganti total oleh ikan.

Alat bantu untuk mengukur tingkat kepedulian tersebut adalah dengan ecolabel. Yang menjadi pertanyaan adalah program sertifikasi ecolabel mana yang sebaiknya diikuti mengingat ada beberapa organisasi yang mengklaim sebagai organisasi yang paling layak. Saat ini program sertifikasi lebih didominasi oleh kelompok lembaga swadaya masyarakat (Non Government Organizations/NGOs) internasional seperti misalnya Marine Stewardship Council (MSC), Friend of the Sea (FOS), Ecofish, Krav, dan Naturland, meskipun ada pula yang lain dengan target yang lebih spesifik seperti Earth Island dengan pelabelan tidak membahayakan lumba-lumba. Meskipun negara pengimpor belum memberlakukan persyaratan ecolabel, tetapi di kalangan jaringan pemasar dan pengguna yaitu kelompok jasaboga di negara tujuan ekspor telah memintanya. Konsumen menghendaki produk bermutu baik, membawa manfaat kesehatan dan sekaligus tidak membahayakan lingkungan. Hal tersebut perlu disikapi secara cerdas agar biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh sertifikat yang dimaksud tidak menambah biaya secara signifikan dan justru dapat mengurangi daya saing. Sebelum memutuskan pilihan lembaga yang akan melakukan sertifikasi label eco bagi perusahaan atau manajemen perikanannya, perlu diperlajari dulu dengan seksama keunggulan dan kelemahan maing-masing lembaga sertifikasi yang dimaksud.


Bluefin Tuna Diusulkan Masuk CITES

Perhatian dan kepedulian terhadap isu keberlanjutan sumberdaya perikanan bentuknya dapat bermacam-macam. Jika kalangan swasta menuntut ecolabel, langkah dari pemerintah mungkin lain lagi bentuknya. Sebagai contoh, Pemerintah Inggris telah mengikuti langkah Perancis dan Monaco yang men-dukung pelarangan perdagangan tuna sirip biru. Persiapan guna menggalang dukungan untuk mengusulkan species tersebut masuk ke dalam Appendix CITES telah digelar dan dikomunikasikan dengan sesama anggota Uni Eropa.

Kondisi tersebut perlu dicermati oleh para pelaku usaha tuna, karena secara normatif pencantuman species dalam Appendix CITES bertujuan mulia. Tetapi dalam praktiknya, proses down listing suatu species yang telah masuk ke dalam Appendix atau pengeluaran dari daftar Appendix berjalan sangat lama, membutuhkan dukungan bukti dan kajian ilmiah dan umumnya prosesnya sangat alot. Untuk mengatasi hal tersebut barangkali kepedulian terhadap kelestarian sumberdaya ikan tetap dilakukan, dan usulan uplisting pada CITES hanya menjadi alternatif.

Menurut WWF, ukuran rata-rata tangkapan tuna sirip biru saat ini hanya sekitar separuh dari rata-rata tangkapan tahun 1990-an. Apabila tidak dikendalikan, diprediksi tahun 2012 stock benih di alam akan punah. Tuna sirip biru merupakan jenis favorit untuk hidangan sushi. Hingga kini, sushi ataupun sashimi berbahan baku tuna sirip biru masih dapat dijumpai bahkan di restoran di Eropa, karena larangan tersebut belum berlaku secara efektif. Namun demikian pihak pengelola restoran telah bersiap untuk mencari tindakan alternatif guna mempertahankan menu sushi atau sashimi.

Konsumen Eropa Mau Ikan Bersertifikat

Kosumen jaringan seafood Nordsee di Eropa tidak terpengaruh resesi. Buktinya mereka masih rela membayar harga yang lebih tinggi untuk produk yang bersertifikat lingkungan. Kondisi ini memungkinkan kepada perusahaan untuk selalu menyajikan produk segar dan lezat dengan mutu terbaik serta jelas asal usulnya dengan harga yang pantas. Mencermati gambaran di atas, kiranya perhatian kepada isu sustainability sumberdaya ikan perlu menjadi prioritas dalam penentuan kebijakan produksi, pengolahan maupun pemasaran.
sumber

No Response to "Ketika Sustainability Menjadi Kunci"

Posting Komentar

Operasional PPS Cilacap

My Photo

My Video's

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes